123

Sabtu, 31 Januari 2015

KERONCONG

MUSIK KERONCONG

Seperti diketahui bahwa Musik Keroncong masuk ke Indonesia sekitar tahun 1512, yaitu pada waktu Ekspedisi Portugis pimpinan Alfonso de Albuquerque datang ke Malaka dan Maluku tahun 1512. Tentu saja para pelaut Portugis membawa lagu jenis Fado, yaitu lagu rakyat Portugis bernada Arab (tangga nada minor, karena orang Moor Arab pernah menjajah Portugis/Spanyol tahun 711 - 1492. Lagu jenis Fado masih ada di Amerika Latin (bekas jajahan Spanyol), seperti yang dinyanyikan Trio Los Panchos atau Los Paraguayos, atau juga lagu di Sumatera Barat (budaya Arab) seperti Ayam Den Lapeh.

Pada waktu tawanan Portugis dan budak asal Goa (India) di Kampung Tugu dibebaskan pada tahun 1661 oleh Pemerintah Hindia Belanda (VOC), mereka diharuskan pindah agama dari Katholik menjadi Protestan, sehingga kebiasaan menyanyikan lagu Fado menjadi harus bernyanyi seperti dalam Gereja Protestan, yang pada tangga nada mayor.

Selanjutnya pada tahun 1880 Musik Keroncong lahir, dan awal ini Musik Keroncong juga dipengaruhi lagu Hawai yang dalam tangga nada mayor, yang juga berkembang pesat di Indonesia bersamaan dengan Musik Keroncong (lihat Musik Suku Ambon atau The Hawaian Seniors pimpinan Jenderal Polisi Hugeng).


PERKEMBANGAN MUSIK KERONCONG

Keroncong adalah merupakan salah satu musik rakyat Indonesia yang berkembang sejak Abad XIX, dibagi dalam 3 masa perkembangan: KERONCONG TEMPO DOELOE (1880-1920), KERONCONG ABADI (1920-1960), dan KERONCONG MODERN (1960-sekarang).

Keroncong adalah sejenis musik Indonesia yang memiliki hubungan historis dengan sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado. Sejarah keroncong di Indonesia dapat ditarik hingga akhir abad ke-16,di saat kekuatan Portugis mulai melemah di Nusantara. Keroncong berawal dari musik yang dimainkan para budak dan opsir Portugis dari daratan India (Goa) serta Maluku. Bentuk awal musik ini disebut moresco, yang diiringi oleh alat musik dawai.Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya.Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang.

SEJARAH KERONCONG ADA 3 TAHAP DIANTARANYA KERONCONG TEMPO DOELOE, KERONCONG ABADI dan KERONCONG MODERN.

  • KERONCONG TEMPO DOELOE (1880-1920) berlangsung sejak kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia sekitar tahun 1600-an tetapi baru berkembang sebagai Musik Keroncong pada akhir Abad XIX (ditemukan Ukulele di Hawai pada tahun 1879[1] hingga sekitar setelah Perang Dunia I (sekitar 1920). Pada waktu itu disebut dengan lagu-lagu STAMBOEL: Stamboel I, Stamboel II, dan Stamboel III dengan standar lagu panjang 16 birama. Contoh lagu Stb I POTONG PADI, Stb I NINA BOBO, Stb I SOLERAM, dsb.; contoh lagu Stb II JALI-JALI, Stb II SI JAMPANG, dlsb.; dan contoh lagu Stb III KEMAYORAN (hanya ini yang ada). Masa ini Keroncong berkembang sejak dari desa Toegoe (Cilincing Jakarta sekarang), kemudian hijrah ke Kemayoran dan Gambir, sehingga tidak heran kalau cengkok dan irama menjadi cepat dan lincah. Banyak kelompok musik pada masa ini (seperti Lief Indie) yang memainkan lagu stamboel selain komedi stamboel itu sendiri.

  • KERONCONG ABADI (1920 1959) berlangsung sejak setelah Perang Dunia I (1920) hingga setelah Kemerdekaan (1959). Pada waktu hotel-hotel di Indonesia dibangun seperti Hotel Savoy Homan dan Hotel Preanger di Bandung, jaringan Grand Hotel di Cirebon, Yogyakarta, Sala, Madiun, Malang, dsb., di mana pada hotel-hotel tersebut diadakan musik dansa, maka lagu Keroncong mengikuti musik dansa asal Amerika, terutama dengan panjang 32 birama (Chorus: Verse-Verse-Bridge-Verse atau A-A-B-A). Pada masa ini dikenal dengan 3 jenis KERONCONG, yaitu: Langgam Keroncong, Stambul keroncong, dan Keroncong Asli. Contoh lagu Lg BANGAWAN SALA, Lg TIRTONADI, Lg DI BAWAH SINAR BULAN PURNAMA, Lg SALA DI WAKTU MALAM; Stb RINDU MALAM, Stb JAUH DI MATA, Stb DEWA-DEWI; Kr PURBAKALA, Kr SAPULIDI, Kr MORESKO. Pada waktu itu juga lahir Langgam Jawa: YEN ING TAWANG (1935). Pada perjalanan juga menjadi terkenal oleh penyanyi WALJINAH (1963). Pada masa ini Keroncong berpindah ke SALA, sehingga dengan irama yang lebih lambat dan lemah gemulai. Pada Pekan Raya (Yaar Beurs) di Sala penyanyi legendaris adalah Miss Any Landauw dan Abdullah, sedangkan pemain biola legendaris asal Betawi adalah M. Sagi.

  • KERONCONG MODERN (1959-sekarang). Pada tahun 1959 Yayasan Tetap Segar Jakarta pimpinan Brijen Sofyar memperkenalkan KERONCONG POP atau KERONCONG BEAT, yaitu sejalan dengan perkembangan musik pop pada waktu itu dengan pengaruh ROCK n ROLL dan BEATLES. Lagu-lagu Indonesia, Daerah maupun Barat diiringi dengan Keroncong Beat. Misalnya NA SO NANG DA HITO (Batak), AYAM DEN LAPEH (Padang), PILEULEUYAN (Sunda), dsb, Pada tahun sekitar 1968 di daerah Gunung Kidul Yogyakarta musisi Manthous memperkenalkan apa yang disebut CAMPURSARI, yaitu keroncong dengan gamelan dan kendang. Selain itu juga dipakai instrumen elektronik seperti bass guitar, electric bass, organ, sampai juga dengan saxophon dan trompet. Musisi yang gencar memainkan Campursari adalah Didi Kempot: Stasiun Balapan, Tanjung Emas, Terminal Tirtonadi, dsb.

JENIS KERONCONG

  • KERONCONG ASLI
Keroncong asli terdiri dari 28 birama tanpa intro dan koda dalam tanda birama 4/4. Bentuk bagian lagunya adalah tiga bagian A-B-C yang dinyanyikan dua kali. Contoh lagu keroncong asli adalah Keroncong Sapu Lidi ciptaan NN, Keroncong Dewi Murni ciptaan Sariwono dan Oetjin N, dan Keroncong Suci ciptaan Ismail Marzuki.

  • KERONCONG LANGGAM
Lagu keroncong langgam terdiri dari 32 birama tanpa intro dan koda dengan tanda birama 4/4. Bentuk bagian lagunya adalah A-A-B-A. Lagu keroncong langgam biasanya dibawakan dua kali tetapi pada ulangan kedua bagian A-A dibawakan secara instrumental dan vokal kemudian pada kalimat B lalu dilanjutkan dengan bagian A. Contoh lagu keroncong langgam adalah Langgam Bengawan Solo ciptaan Gesang, Langgam Kota Solo ciptaan Samsidi, dan Langgam Pahlawan Merdeka ciptaan Ismail Marzuki.

  • KERONCONG STAMBUL
Contoh lagu keroncong stambul adalah Stambul Jatuh Dimata ciptaan Ismail Marzuki dan Stambul Baju Biru ciptaan NN. Jenis lagu keroncong Stambul mempunyai dua bentuk, yaitu Stambul I dan Stambul II. Penjelasan lagu jenis keroncong stambul adalah sebagai berikut:

Keroncong Stambul I. Lagu Keroncong Stambul I memiliki ciri-ciri birama berjumlah 16, tanda birama 4/4, bentuk kalimat A-B, dan bersyair secara improvisasi. Jenis lagu keroncong Stambul I sering berbentuk musik dan vokal saling bersahutan, yaitu dua birama instrumental dan dua berikutnya diisi oleh vokal. Demikian seterusnya sampai lagu berakhir.
Keroncong Stambul II. Lagu Keroncong Stambul II mempunyai ciri-ciri jumlah birama dua kali 16 birama dalam tanda birama 4/4. Bentuk kalimat lagu keroncong Stambul II adalah A-B dengan syair secara improvisasi.

  • KERONCONG EKSTRA
Jenis lagu keroncong ekstra merupakan bentuk menyimpang dari ketiga jenis keroncong di atas. Lagu keroncong ekstra bersifat riang-gembira dan jenaka serta terpengaruh musik Melayu.

TOKOH KERONCONG INDONESIA DARI MASA KE MASA

Tokoh keroncong Indonesia tentu saja merupakan bagian dari dunia musik Indonesia. Mereka, tokoh keroncong adalah orang-orang dengan dedikasi tinggi terhadap musik keroncong. Memiliki ketertarikan serta keterikatan emosional dengan musik yang selalu dikhaskan dengan masyarakat Jawa.

Keidentikan musik keroncong memang tidak bisa dihindari. Salah satu penyebabnya mungkin dari banyaknya penyanyi keroncong atau tokoh keroncong yang berdarah Jawa. Entahlah, rasanya penyanyi keroncong juga banyak yang berasal dari daerah lain, tapi yang lebih mendapatkan kesempatan mungkin para tokoh keroncong dari daerah Jawa.

Ciri khas musik keroncong yang mendayu-dayu dan bernada ekstra lembut sepertinya menjadi salah satu faktor yang menunjang dan semakin memperkuat kesan musik keroncong dengan tokoh keroncong berdarah Jawa. Mendengarkan musik keroncong, pasti akan langsung membawa kita ke dalam suasana Jawa yang khas.

Keberadaan tokoh keroncong di Indonesia ini belakangan harus diakui mendapatkan sedikit ganjalan. Tertindas oleh kemajuan zaman, musik-musik keroncong perlahan mulai tergeser oleh musik-musik beraliran masa kini. Berbeda ketika masa keemasan musik keroncong terjadi di Indonesia.

Meskipun demikian, musik keroncong nyatanya masih memiliki tempat di hati para penggemarnya. Acara-acara keroncong yang kini sudah tidak begitu banyak terdengar kenyataannya masih diminati dan dikunjungi oleh para peminat setia musik keroncong. Tokoh keroncong masih memiliki tempat istimewa di hati para penggemarnya.

Musik keroncong berasal dari Portugis, dan berkembang di Nusantara lewat para pelaut dan budak kapal niaga bangsa tersebut. Di masa penjajahan, musik keroncong berkembang pesat dan melahirkan lagu-lagu keroncong dengan cita rasa nasionalisme yang kental. Salah satu tokoh keroncong  yang terkenal masa itu adalah Ismail Marzuki.

Selanjutnya, musik keroncong tetap populer di masa-masa awal kemerdekaan, bahkan terus bertahan hingga beberapa dekade berikutnya. Belakangan ini memang keroncong mulai berkurang popularitasnya dibanding musik-musik modern. Tokoh keroncong pun perlahan ikut kehilangan pamor. Namun, keroncong telah menjadi warna yang unik dalam perkembangan musik tanah air.

Berikut ini adalah sejumlah tokoh keroncong Indonesia dari masa ke masa.

Tokoh Keroncong Indonesia

1. Tokoh Keroncong Indonesia- Ismail Marzuki, Musisi Romantis



Nama asli dari tokoh keroncong ini adalah Ismail. Marzuki adalah nama orang tuanya. Lahir di Kwitang, Jakarta Pusat, pada 11 Maret 1914, dan sering dipanggil dengan nama: Mail, Maing atau bang Maing.

Ketertarikan tokoh keroncong ini terhadap musik sudah terlihat sejak masa kanak-kanak, terbukti dengan koleksi piringan hitamnya yang sangat banyak, rata-rata berupa lagu Prancis dan Italia yang berirama rumba, samba, dan tango.

Pada 1931, Bang Maing membuat komposisi lagu untuk pertama kalinya dengan judul O Sarinah, menandai awal keterlibatannya secara serius pada dunia musik. Menyusul, tahun 1936 menjadi anggota perkumpulan musik Lief Java, dengan spesialisasi gitar, saxophone, dan harmonium pompa.

Ciri khas karya dari tokoh keroncong ini adalah kedekatan dengan alam dan lingkungan, serta kehidupan masyarakat bawah yang diformulasikan dalam sentuhan musik romantis penuh cinta. Bahkan, dalam lagu-lagu bertema perjuangan sekalipun, warna romantis itu tetap kental.

Beberapa karya dari tokoh keroncong ini yang terkenal, misalnya: Keroncong Serenata (1935), Roselani (1936), Keroncong Hikayat 1001 Malam (1937), Terang Bulan (1938), Als de Ovehedeen, Alst Meis is in de tropen, Bandaneira, Rindu Malam (1939), Rayuan Pulau Kelapa (1944), dan masih banyak lagi hingga mencapai lebih dari 200 lagu.

2. Tokoh Keroncong Indonesia - Gesang Martohartono, Mengalir Sampai Jauh


Siapa yang takkenal dengan tokoh keroncong yang satu ini. Gesang Lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 1 Oktober 1917, dikenal luas hingga mancanegara karena lagunya yang fenomenal berjudul Bengawan Solo. Lagu ini bahkan telah diterjemahkan ke dalam 13 bahasa, di antaranya bahasa Inggris, Tionghoa, dan Jepang. Namanya, seperti bunyi syairnya, mengalir begitu jauh hingga ke seluruh dunia.

Lagu Bengawan Solo sangat fenomenal dan dikagumi seluruh dunia, terutama Jepang. Itu sebabnya, Gesang nyaris hanya dikenal sebagai pencipta lagu Bengawan Solo, padahal banyak lagu ciptaannya yang lain yang tak kalah indah. Tokoh keroncong ini benar-benar identik dengan lagu Bengawan Solo.

Padahal ada beberapa lagu ciptaan Gesang yang juga cukup terkenal: Jembatan Merah, Pamitan, Caping Gunung, Ali-ali, Andheng-andheng, Seto Ohashi, Pandanwangi, Impenku, Kalung Mutiara, Borobudur, Tirtonadi, dan lain sebagainya.

3. Tokoh Keroncong Indonesia - Anjar Any, si Jangkrik Genggong


Tokoh keroncong ini lahir di Jawa Timur pada 1936 dan telah menciptakan 1.050 lagu, jumlah yang fantastis sehingga namanya tercatat dalam Museum Rekor Dunia-Indonesia. Anjar Any dikenal sebagai tokoh  keroncong yang memopulerkan langgam Jawa dan membuka pintu kreativitas lahirnya langgam dari etnik lain di Nusantara, karena mampu menggabungkan titilaras slendro dan pelog dengan musik diatonik dalam keroncong.

Salah satu lagu dari tokoh keroncong  yang populer adalah Yen Ing Tawang Ono Lintang, adalah sumbangan tak ternilai bagi khazanah musik tanah air. Dia juga yang menulis lagu Jangkrik Genggong, lagu yang fenomenal karena mengkritik politikus di awal Orde Baru.  Tokoh keroncong ini mungkin tidak begitu dikenal, tapi lagu-lagu keroncong yang diciptakannya tidak usah diragukan.

4. Tokoh Keroncong Indonesia - Waldjinah, si Walang Kekek


Tokoh keroncong yang satu ini lahir di Solo, Jawa Tengah, 7 November 1945. Waldjinah adalah tokoh keroncong wanita yang nyaris tidak ada duanya. Melambung namanya saat memopulerkan lagu Walang Kekek, menyusul suksesnya menjuarai Bintang Radio Indonesia tahun 1965.

Waldjinah, selaku tokoh keroncong, memimpin Orkes Keroncong Bintang Surakarta dan terus memperjuangkan eksisitensi musik klasik ini di tengah serbuan budaya industri. Tahun 2002, Waldjinah menerima anugrah seni dari yayasan musik Hanjaringrat di Solo.

Lagu-lagu karya tokoh keroncong yang terkenal ini di antaranya adalah: Ande-ande lumut, Rudjak Ulek, Suwe Ora Jamu, Warung Pojok, Gethuk Lindri, Othok-othok Unine Tekek, Tukang Pijet dan Tetanen.

5. Tokoh Keroncong Indonesia - Sundari Untinasih Soekotjo, Si Dewi Keroncong dari Istana


Satu lagi tokoh keroncong Indonesia wanita yang memiliki bakat luar biasa di dunia musik keroncong. Wanita ayu ini lahir di Jakarta, 14 April 1965, tertarik dengan musik keroncong sejak masih kecil. Sundari Soekotjo terpilih sebagai finalis pada Festival Keroncong Remaja 1978, dan runner up pada ajang Juara Bintang Radio dan TV kategori Keroncong Dewasa Wanita 1979.

Sundari Soekotjo terkenal dengan suaranya yang bening dan mampu menyanyikan keroncong dengan berbagai genre. Suara yang terlantun dari tokoh keroncong wanita satu ini banyak diminati khalayak, dan telah menjadi penyanyi istana sejak zaman Presiden Soeharto, Habibie, hingga Susilo Bambang Yudhoyono.

Tahun 2002, setelah lama tidak mengeluarkan album, Sundari Soekotjo kembali menyapa penggemar dengan merilis album keroncong asli berjudul Ingkar Janji dengan garapan musik Orkes Keroncong Puspa Kirana pimpinan Acep Djamaludin, di bawah label PT Gema Nada Pertiwi. Tokoh keroncong wanita inipun menerima Keroncong Award 2002 dari Yayasan Bina Suci dan Radio Republik Indonesia dan meraih penghargaan khusus di ajang AMI-Sharp Award 6.

Bagaimanapun keadaannya, musik keroncong dan tokoh keroncong adalah salah satu kekayaan budaya musik Indonesia yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Musik keroncong sekaligus tokoh keroncong Indonesia itu sendiri telah memberikan sumbangsih kepada negara Indonesia ini, sebut saja Gesang.

ALAT-ALAT MUSIK KERONCONG

Dalam bentuknya yang paling awal, moresco diiringi oleh musik dawai, seperti biola, ukulele, serta selo. Perkusi juga kadang-kadang dipakai. Set orkes semacam ini masih dipakai oleh keroncong Tugu, bentuk keroncong yang masih dimainkan oleh komunitas keturunan budak Portugis dari Ambon yang tinggal di Kampung Tugu, Jakarta Utara, yang kemudian berkembang ke arah selatan di Kemayoran dan Gambir oleh orang Betawi berbaur dengan musik Tanjidor (tahun 1880-1920). Tahun 1920-1960 pusat perkembangan pindah ke Solo, dan beradaptasi dengan irama yang lebih lambat sesuai sifat orang Jawa.
Pem-"pribumi"-an keroncong menjadikannya seni campuran, dengan alat-alat musik seperti
sitar India
rebab
suling bambu
gendang, kenong, dan saron sebagai satu set gamelan
gong.
Saat ini, alat musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup

UKULELE
ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E; sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crongsehingga disebut keroncong (ditemukan tahun 1879 di Hawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong)
ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F);
  
GITAR AKUSTIK
sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya kontrapuntis (anti melodi);
biola (menggantikan Rebab); sejak dibuat oleh Amati atau Stradivarius dari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang;

 FLUTE
 (mengantikan Suling Bambu), pada Era Tempo Doeloe memakai Suling Albert (suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java), sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm (suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta);

 SELO BETOT
 menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah sejak dibuat oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato. Kontrabas (menggantikan Gong), juga bas yang dipetik, tidak pernah berubah sejak Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600membuatnya;

Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bas. Gitar yang kontrapuntis dan selo yang ritmis mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornamen bawah. Flut mengisi hiasan atas, yang melayang-layang mengisi ruang melodi yang kosong.
Bentuk keroncong yang dicampur dengan musik populer sekarang menggunakan organ tunggal serta synthesizer untuk mengiringi lagu keroncong (di pentas pesta organ tunggal yang serba bisa main keroncong, dangdut, rock, polka, mars).





1 komentar:

  1. Terima kasih informasinya sebagai ilmu bagi GENERASI PENERUS Pencinta Musik Indonesia. Salam kami Orkes Keroncong Bintang Abadi Purwakarta

    BalasHapus